Home » , » Makalah Hutan Hujan Tropis

Makalah Hutan Hujan Tropis

Posted by Nugroho Pangestu on Kamis, 26 Desember 2013


“HUTAN HUJAN TROPIS” 





Penyusun :
v  Nugroho Pangestu





KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami semua, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

            Makalah ini merupakan salahsatu tugas di mata pelajaran Geografi kelas XI di Sman 11 Tangerang Selatan.

            Makalah ini berisikan tentang informasi “Hutan Hujan Tropis”. Diharapkan, setelah pembaca sudah membaca artikel ini, bisa lebih memahami lagi tentang hutan hujan tropis. Didalam makalah ini terdapat beberapa ulasan mengenai pengertian hutan hujan tropis, ciri-ciri nya, manfaatnya, flora & fauna yang hidup disana, masalah kerusakan dan solusi cara mengatasinya.

            Artikel didalam makalah ini dikutip dari berbagai sumber informasi yang ada, dan beberapa diantaranya ada yang dikutip dari beberapa buku. Terimakasih terhadap beberapa narasumber dalam artikel ini, dan terimakasih juga terhadap orang-orang yang membantu dalam penyusunan makalah tugas ini.

            Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari sempurna, dan masih belum lengkap. Semoga, diwaktu mendatang kami bisa lebih menyempurnakan informasi yang ada. Oleh karena itu, kami membutuhkan kritikan & saran dari anda semua. Dan kami minta maaf jika ada kesalahan info/penulisan di artikel ini.

            Akhir kata, kami ucapkan Terima kasih kepada pembaca, yang telah menyisihkan waktunya untuk membaca Artikel-artikel kami didalam Makalah ini.


Bab I
Pendahuluan

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Hutan menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.

Pada dasarnya hutan di bagi dua, hutan primer dan hutan sekunder. Hutan perawan (primer) merupakan hutan yang masih asli dan belum pernah dibuka oleh manusia. Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah ditebang atau kerusakan yang cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan sekunder sering terlihat lebih pendek dan kecil. Namun jika dibiarkan tanpa gangguan untuk waktu yang panjang, kita akan sulit membedakan hutan sekunder dari hutan primer. Di bawah kondisi yang sesuai, hutan sekunder akan dapat pulih menjadi hutan primer setelah berusia ratusan tahun.

Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembap, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.

Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman.

Di bagian permukaan tanah, tampaklah berbagai macam semak belukar, rerumputan, dan serasah. Serasah disebut pula 'lantai hutan', meskipun lebih mirip dengan permadani. Serasah adalah guguran segala batang, cabang, daun, ranting, bunga, dan buah. Serasah memiliki peran penting karena merupakan sumber humus, yaitu lapisan tanah teratas yang subur. Serasah juga menjadi rumah dari serangga dan berbagai mikro organisme lain. Uniknya, para penghuni justru memakan serasah, rumah mereka itu; menghan Semua tumbuhan dan satwa di dunia, begitupun manusia, harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat mereka berada. Jika suatu jenis tumbuhan atau satwa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik di daerah tertentu, maka mereka akan dapat berkembang di daerah tersebut. Jika tidak, mereka justru tersingkir dari tempat ini.

Tumbuhan dan satwa yang berbagi tempat hidup yang sama justru lebih banyak saling memengaruhi di antara mereka. Agar mampu bertahan hidup di lingkungan tertentu, berbagai tumbuhan dan hewan memang harus memilih antara bersaing dan bersekutu. Burung kuntul, misalnya, menghinggapi punggung banteng liar untuk mendapatkan kutu sebagai makanannya. Sebaliknya, banteng liar terbantu karena badannya terbebas dari sumber penyakit.

Jadi, hutan merupakan bentuk kehidupan yang berkembang dengan sangat khas, rumit, dan dinamik. Pada akhirnya, cara semua penyusun hutan saling menyesuaikan diri akan menghasilkan suatu bentuk klimaks, yaitu suatu bentuk masyarakat tumbuhan dan satwa yang paling cocok dengan keadaan lingkungan yang tersedia.



Bab II
Pengertian Hutan Hujan Tropis

  

Hutan hujan tropika atau sering juga ditulis sebagai hutan hujan tropis adalah bioma berupa hutan yang selalu basah atau lembap, Hal ini dikarenakan hutan hujan tropis selalu cukup mendapat sinar matahari dan juga curah hujan yang tinggi. Yang dapat ditemui di wilayah sekitar khatulistiwa;


Yakni kurang lebih pada lintang 0°–10° ke utara dan ke selatan garis khatulistiwa (23,5 LU hingga 23,5 LS) yang meliputi daerah antara Cancer Tropis dan Capricorn Tropis. Hutan ini dapat ditemukan di Asia (Indonesia,malaysia), Afrika (Kongo), Meksiko, Amerika Tengah, Amerika Selatan (Bolivia, Venezuela, Kolombia, Brazil, Suriname, Peru), Papua Nugini, pulau-pulau di samudera Pasifik, kepulauan Karibia, pulau-pulau Samudera Hindia, Madagaskar, dan Australia Bagian Utara.

Hutan hujan tropis merupakan rumah untuk setengah spesies flora dan fauna di seluruh dunia. Hutan hujan tropis juga dijuluki sebagai "farmasi terbesar dunia" karena hampir 1/4 obat modern berasal dari tumbuhan di hutan hujan ini.

Hutan alam tropis yang masih utuh mempunyai jumlah spesies tumbuhan yang sangat banyak. Hutan di Kalimantan mempunyai lebih dari 40.000 spesies tumbuhan, dan merupakan hutan yang paling kaya spesiesnya di dunia. Di antara 40.000 spesies tumbuhan tersebut, terdapat lebih dari 4.000 spesies tumbuhan yang termasuk golongan pepohonan besar dan penting.

Di dalam setiap hektar hutan tropis seperti tersebut mengandung sedikitnya 320 pohon yang berukuran garis tengah lebih dari 10 cm. Di samping itu, di hutan hujan tropis Indonesia telah banyak dikenali ratusan spesies rotan, spesies pohon tengkawang, spesies anggrek hutan, dan beberapa spesies umbi-umbian sebagai sumber makanan dan obat-obatan.



Hutan hujan tropis memiliki empat lapisan utama. Masing-masing lapisan merupakan tempat hidup tanaman dan hewan yang berbeda yang telah beradaptasi untuk hidup di wilayah tersebut. Lapisan ini telah diidentifikasi sebagai :
·         Tajuk Kanopi (emergent), di ketinggian lebih dari 30 m dari permukaan tanah.
·         Kanopi Atas (upper canopy), memiliki ketinggian antara 24–36 m.
·         Bawah Kanopi (understory), terletak antara kanopi atas dan lantai hutan.
·         Lantai Hutan (forest floor), tempatnya terhalang dari sinar matahari.





Bab III
Tipe Hutan Hujan Tropis Menurut Ketinggian Tempat

A.  Zona Hutan Hujan Bawah
Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan bawah meliputi pulau­pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Irian, Sulawesi, dan beberapa pulau di Maluku misalnya di pulau Taliabu, Mangole, Mandioli, Sanan, dan Obi. Di hutan hujan bawah banyak terdapat spesies pohon anggota famili Dipterocarpaceae terutama anggota genus Shorea, Dipterocarpus, Hopea, Vatiea, Dryobalanops, dan Cotylelobium. Dengan demikian, hutan hujan bawah disebut juga hutan Dipterocarps. Selain spesies pohon anggota famili Dipterocarpaceae tersebut juga terdapat spesies pohon lain dari anggota famili Lauraceae, Myrtaceae, Myristicaceae, dan Ebenaceae, serta pohon-pohon anggota genus Agathis, Koompasia, dan Dyera.

Pada ekosistem hutan hujan bawah di Jawa dan Nusa Tenggara terdapat spesies pohon anggota genus Altingia, Bischofia, Castanopsis, Ficus, dan Gossampinus, serta spesies-spesies pohon dari famili Leguminosae. Adapun eksosistem hutan hujan bawah di Sulawesi, Maluku, dan Irian, merupakan hutan campuran yang didominasi oleh spesies pohon Palaquium spp., Pometia pinnata, Intsia spp., Diospyros spp., Koordersiodendron pinnatum, dan Canarium spp. Spesies-spesies tumbuhan merambat yang banyak dijumpai di hutan hujan bawah adalah anggota famili Apocynaceae, Araceae, dan berbagai spesies rotan (Calamus spp.).

B. Zona Hutan Hujan Tengah
Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan tengah meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, sebagian daerah Indonesia Timor, di Aceh dan Sumatra Utara. Secara umum, ekosistem hutan hujan tengah didominasi oleh genus Quercus, Castanopsis, Nothofagus, dan spesies pohon anggota famili Magnoliaceae.

Di beberapa daerah, tipe ekosistem hutan hujan tengah agak khas. Misalnya di Aceh dan Sumatra Utara terdapat spesies pohon Pinus merkusii, di Jawa Tengah terdapat spesies pohon Albizzia montana dan Anaphalis javanica, di beberapa daerah Jawa Timur terdapat spesies pohon Cassuarina spp., di Sulawesi terdapat kelompok spesies pohon anggota genus Agathis dan Podocarpus. Di sebagian daerah Indonesia Timur terdapat spesies pohon anggota genus Trema, Vaccinium, dan pohon Podocarpus imbricatus, sedangkan spesies pohon anggota famili Dipterocarpaceae hanya terdapat pada daerah-daerah yang memiliki ketinggian tempat 1.200 m dpl.

C. Zona Hutan Hujan Atas
Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan atas hanya di Irian Jaya dan di sebagian daerah Indonesia Barat. Tipe ekosistem hutan hujan atas pada umumnya berupa kelompok hutan yang terpisah-pisah oleh padang rumput dan belukar. Pada ekosistem hutan hujan atas di Irian Jaya banyak mengandung spesies pohon Conifer (pohon berdaun jarum) genus Dacrydium, Libecedrus, Phyllocladus, dan Podocarpus. Di samping itu, mengandung juga spesies pohon Eugenia spp. dan Calophyllum, sedangkan di sebagian daerah Indonesia Barat dijumpai juga kelompok­kelompok tegakan Leptospermum, Tristania, dan Phyllocladus yang tumbuh dalam ekosistem hutan hujan atas pada daerah yang memiliki ketinggian tempat lebih dari 3.300 m dpl.

2.2. Tipe Hutan Tropis Menurut Iklim di Indonesia
A. Hutan Tropis Basah
Hutan tropis basah adalah hutan yang memperoleh curah hujan yang tinggi, sering juga kita kenal dengan istilah hutan pamah. Hutan jenis ini dapat dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Bagian Utara dan Papua. Jenis-jenis yang umum ditemukan di hutan ini, yaitu: Meranti (Shorea dan Parashorea), keruing (Dipterocarpus), Kapur (Dryobalanops), kayu besi (Eusideroxylon zwageri), kayu hitam (Diospyros sp).

B. Hutan Muson Basah
Hutan muson basah merupakan hutan yang umumnya dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur, periode musim kemarau 4-6 bulan. Curah hujan yang dialami dalam satu tahun 1.250 mm-2.000 mm. Jenis-jenis pohon yang tumbuh di hutan ini antara lain jati, mahoni, sonokeling, pilang dan kelampis.

C. Hutan Muson Kering
Hutan muson kering terdapat di ujung timur Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa. Tipe hutan ini berada pada lokasi yang memiliki musim kemarau berkisar antara 6-8 bulan. Curah hujan dalam setahun kurang dari 1.250 mm. Jenis pohon yang tumbuh pada hutan ini yaitu Jati dan Eukaliptus.

D. Hutan Savana
Hutan savana merupakan hutan yang banyak ditumbuhi kelompok semak belukar diselingi padang rumput dengan jenis tanaman berduri. Periode musim kemarau 4 – 6 bulan dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm per tahun. Jenis-jenis yang tumbuh di hutan ini umumnya dari Famili Leguminosae dan Euphorbiaceae. Tipe Hutan ini umum dijumpai di Flores, Sumba dan Timor.

2.3.  Tipe Hutan Hujan Tropis Menurut Physiognomi
Pada sistem klasifikasi ini dasar yang dipakai adalah ciri-ciri luar vegetasi yang mudah dikenali dan dibedakan, seperti semak, rumput, pohon dan lain-lain. Ciri lebih lanjut seperti menggugurkan daun, selalu hijau, tinggi dan derajad penutupan tegakan dapat pula diterapkan. Ciri-ciri yang umum digunakan yaitu :
·         Tinggi vegetasi, yang berkaitan dengan strata yang nampak oleh mata biasa
·         Struktur, berpedoman pada susunan stratum (A, B, C, D dan E), dan penutupan tajuk (Coverage).
·         Life-form atau bentuk hidup atau bentuk pertumbuhan, merupakan individu-individu penyusun komunitas tumbuh-tumbuhan.
Contoh :
a. Ciri physiognomi hutan tropis dataran rendah :
Kanopi
:
25 – 45 m
Tinggi pohon (emergent)
:
Khas, 60 – 80 m
Daun penumpu
:
Sering dijumpai
Elemen daun dominan
:
Mesophyl
Akar papan
:
Sering dijumpai dan sangat besar
Kauliflori
:
Sering dijumpai
Liana berkayu
:
Sering dijumpai
Liana pada batang
:
Sering dijumpai
Ephyphit
:
Sering dijumpai
b. Ciri physiognomy hutan tropis dataran tinggi/ pegunungan :
Kanopi
:
15 – 33 m
Tinggi pohon (emergent)
:
Sering tidak ada
Daun penumpu
:
Jarang dijumpai
Elemen daun dominan
:
Mesophyl
Akar papan
:
Jarang dijumpai dan kecil
Kauliflori
:
Jarang dijumpai
Liana berkayu
:
Jarang dijumpai
Liana pada batang
:
Sering dijumpai
Ephyphit
:
Sangat sering dijumpai
c. Ciri physiognomi hutan tropis pegunungan tinggi :
Kanopi
:
2 - 18 m
Tinggi pohon (emergent)
:
Pada umumnya tidak ada
Daun penumpu
:
Sangat jarang dijumpai
Elemen daun dominan
:
Microphyl
Akar papan
:
Pada umumnya tidak ada
Kauliflori
:
Tidak ada
Liana berkayu
:
Tidak ada
Liana pada batang
:
Jarang dijumpai
Ephyphit
:
Sering dijumpai
Di Indonesia berdasarkan ciri physiognomi tedapat dua tipe hutan yaitu : Hutan Hujan Tropis, hutan yang selalu hijau dan hutan musim atau hutan yang menggugurkan daun. Hutan hujan tropis umumnya dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku bagian Utara dan Papua sedangkan hutan musim yang menggugurkan daun dijumpai di Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku bagian Selatan.

2.4.  Tipe Hutan Hujan Tropis Menurut Sosiologi Vegetasi
Tipe hutan berdasarkan sosiologi vegetasi merupakan pengklasifikasian hutan berdasarkan jenis yang dominan pada hutan tersebut atau berdasarkan famili yang dominan di daerah itu. Contoh :
o   Hutan Dipterocarpaceae di Asia Tenggara, merupakan hutan tropis yang umum dijumpai dan Famili yang mendominasi adalah Famili Dipterocarpaceae.
o   Hutan Shorea albida di Serawak, merupakan hutan tropis yang didominasi jenis Shorea albida.
o   Hutan Ebony (Diospyros sp) di Sulawesi, merupakan hutan tropis yang didominasi oleh Ebony atau kayu hitam.
o   Hutan Mahoni di Jawa, meupakan hutan musim yang didominasi oleh mahoni di pulau Jawa.

2.5. Tipe-tipe Hutan Hujan Tropis pada Kondisi Khusus (Azonal)
Hutan pada tipe azonal umumnya dipengaruhi oleh kondisi tanah dan air serta kondisi tempat tumbuh yang miskin hara.
a.      Hutan Mangrove
Hutan yang berada di tepi pantai, didominir oleh pohon-pohon tropika atau belukar dari genus Rhizophora, Languncularia, Avicennia dan lain-lain.
b.      Hutan Gambut (Peak Forest)
Hutan yang tumbuh pada tanah organosol dengan lapisan gambut yang memiliki ketebalan 50 cm atau lebih, umumnya terdapat pada daerah yang memiliki tipe iklim A atau B menurut klasifikasi tipe iklim Schmidt dan Ferguson.
c.   Hutan Rawa (Swamp Forest)
Hutan yang tumbuh pada daerah-daerah yang selalu tergenang air tawar, tidak dipengaruhi iklim. Pada umumnya terletak dibelakang hutan payau dengan jenis tanah aluvial. Tegakan hutan selalu hijau dengan pohon-pohon yang tinggi bisa mencapai 40 m dan terdiri atas banyak lapisan tajuk.


Bab IV
Ciri-ciri Hutan Hujan Tropis

Ciri-ciri hutan tropis, antara lain sebagai berikut:
1.      pohon-pohonnya tinggi, rapat, dan berdaun lebat.
2.      Dasar hutan ditumbuhi rumput dan lumut sebagai penutup lahan.
3.      Sinar matahari tidak dapat menembus dasar hutan.
4.      Udara di sekitarnya sangat lembap.
5.      Terjadi di daerah curah hujan tinggi
6.      Pada hutan hujan tropis dicirikan dengan adanya tingkat kelembaban yang selalu tinggi, biasanya 80% atau lebih.
7.      Struktur hutan hujan tropis terdiri dari tajuk yang berlapis-lapis.
8.      Lapis tajuk yang atas terdiri dari pohon-pohon yang muncul di antara lapis tajuk di bawahnya (kedua) dengan tinggi antara 45 – 60 m.
9.      Pohon pada lapis teratas umumnya mempunyai tajuk yang kecil dan tidak teratur dengan sedikit susunan cabang.
10.  Lapis tajuk kedua merupakan kanopi utama yang umumnya terdiri dari jenis-jenis pohon yang ramping dengan tinggi antara 30-40 m. 
11.  Lapisan tajuk di bawahnya terdiri dari jenis-jenis pohon yang sangat toleran, dengan batang yang ramping, tinggi dan tajuk yang kecil, terdapat banyak epifit pada cabang yang tinggi.
12.  Pada lantai hutan banyak terdapat jenis-jenis tumbuhan bawah seperti palem kecil, jenis-jenis bambu, rotan, paku-pakuan dan jenis-jenis lainnya, atau mungkin hampir tanpa tumbuhan bawah.

Ciri-ciri hutan hujan tropis curah hujannya sangat tinggi bahkan lebih dari 2.000 mm/tahun. Pohon-pohon utama di hutan ini memiliki ketinggian antara 20-40 m dengan cabang pohon berdaun lebat dan lebar serta selalu hijau sepanjang tahun, mendapat sinar matahari yang cukup walaupun sinar matahari tersebut tidak mampu menembus dasar hutan, dan mempunyai iklim mikro di lingkungan sekitar permukaan tanah atau di bawah kanopi (daun pada pohon-pohon besar yang membentuk tudung).


Bab V
Manfaat / Fungsi Hutan Hujan Tropis

1.      Pengatur tata air
2.      Penyerap karbondioksida
3.      Pencegah erosi dan banjir
4.      Bioindikator terjadinya hujan asam dan pencemaran udara yang lain
5.      Perlindungan flora dan fauna
6.      Menstabilkan iklim dunia
7.      Menjadi sumber makanan bagi kehidupan makhluk hidup
Dan masih banyak manfaat lainnya dari adanya hutan hujan tropis ini.
Bab VI
Flora dan Fauna Yang Hidup Di Hutan Hujan Tropis

Tumbuhan yang hidup di hutan hujan tropis mulai dari pohon besar yang tinggi menjulang sampai tumbuhan epifit. Hutan di Kalimantan misalnya, mempunyai lebih dari 40.000 spesies tumbuhan, Dan hewan-hewan seperti mamalia, reptilia, burung, dan serangga dengan beragam jenis yang tidak terhitung jumlahnya.

 Beberapa tumbuhan yang hidup di daeran hutan ini antara lain :
 

       



Beberapa jenis Fauna yang berada di hutan hujan tropis di kalimantan :
 
Bab VII
Kerusakan Hutan Hujan Tropis dan Solusi Mengatasinya

Hutan hujan tropis memliki peran penting bagi banyaknya kehidupan yang berada didalam nya, hutan hujan tropis memiliki banyak makanan dan minuman untuk kehidupan beberapa satwa yang ada disana. Namun, seiring dengan pesatnya kemajuan tekhnologi modern, banyak hutan-hutan hujan tropis mulai di ”gunduli” untuk dijadikan Pabrik, Perumahan, atau gedung-gedung.

Dengan makin luasnya wilayah hutan hujan tropis yang di gunduli, maka semakin sedikit pula tempat habitat satwa yang ada disana, pohon-pohon ditebangi, satwa-satwa disana pun semakin sulit mencari makanan di hutan. Akibatnya, banyak satwa-satwa yang mati dan terancam punah, dan banyak pula tumbuhan-tumbuhan yang terancam punah karena maraknya penebangan liar. Sampai saat ini, indonesia telah kehilangan 72% Hutan Asli, yang berdampak pula pada menipisnya wilayah hutan hujan tropis di indonesia.

Hutan hujan tropis Indonesia adalah bagian dari 10% hutan tropis dunia yang masih ada. Hutan tropis indonesia banyak sekali keanekaragaman hayatinya, yang terdiri atas 12% spesies hewan mamalia, 16% spesies reptil dan amphibi, 1.519 spesies burung, dan 25% spesies ikan dunia.

Solusi Untuk Kerusakan Hutan Tropis :

1.      Penghijauan
Kegiatan Teknik pemuliaan pohon serta pengendalian hama dan penyakit bisa dilakukan untuk memulihkan kembali hutan di Indonesia. Penanaman hutan secara intensif menjadi pilihan terbaik karena bisa diprediksi, sehingga kebutuhan kayu bisa diperhitungkan tanpa harus merusak habitat hutan alam yang masih baik.

2.      Dinas Kehutanan
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Dinas Kehutanan memiliki kewengan untuk mengatur, menjaga, melestarikan, dan mengelola hutan. Selain itu, Dinas Kehutanan juga brewenang untuk memberikan izin usaha pemanfaatan kawasan hutan dan pemungutan hasil hutan serta berwenang melakukan pengawasan dan pengendalian penatausahaan hasil hutan. Apabila Dinas Kehutanan melaksanakan kewenangan tersebut secara benar, maka kerusakan hutan tropis akan bisa ditekan.

3.      Dinas Lingkungan Hidup
Pencanangan program pemerintah yang dikoordinasikan oleh kantor Menneg LH, antara lain 7 kegiatan utama yakni bumi lestari, sumber daya alam lestari, program kali bersih, program langit biru, adipura, laut dan pantai lestari serta manajemen lingkungan memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat luas dan instansi terkait dalam pelaksanaannya. Pembentukan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil/ PPNS Bidang Lingkungan, BAPEDAL juga menunjukkan kesungguhan dan komitmen pemerintah yang kuat.


4.      Peringatan Hari Lingkungan Hidup
Peringatan hari lingkungan hidup se-dunia dengan tema Green Cities pada 5 mei 2005 perlu diapresiasi dengan sikap aktif pro-aktif. Seyogyanya pemerintah pusat hingga pemerintah daerah melakukan aksi nyata dan tidak hanya pada konsep dan acara seremonial belaka. Apa yang dilakukan oleh pemerintah Kota Pekanbaru dalam memperingati hari lingkungan hidup se-dunia dengan tema “Gerakan Kota Bersih dan Hijau” perlu dicontoh oleh kabupaten/ kota lain.

Penghijauan kota dan lahan gundul serta penjagaan terhadap lingkungan laut menjadi prioritas mekanisme pembangunan bersih. Hal ini diyakini bahwa hutan merupakan paru-paru dunia yang dapat menyerap karbon dan menyediakan oksigen bagi kehidupan di muka bumi. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibat terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di musim penghujan.

Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian masyarakat. Sedangkan laut diyakini menyimpan banyak potensi flora dan fauna yang menarik untuk dijadikan aset daerah dengan pendekatan ekowisata. Tentu pengelolaan yang rapi, sistemik dan berwawasan lingkungan menjadi ruh utama pembangunan.

5.      Universitas
Universitas diharapkan mampu mencetak mahasiswanya menjadi sumber daya manusia yang pintar, bijaksana, serta peduli terhadap lingkungan melalui pemberian mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup. Pendidikan lingkungan merupakan unsur yang sangat penting dalam mengelola lingkungan. Pendidikan lingkungan memiliki peran yang strategis dan penting dalam mempersiapkan manusia untuk memecahkan masalah-masalah lingkungan. Melalui pendidikan lingkungan orang dapat mengembangkan pemikiran dan teknologi yang mampu mendukung langkah yang tepat untuk skala lokal maupun global. Selain dari itu, pendidikan sendiri merupakan jalur positif untuk menuju perubahan pemahaman mengenai lingkungan hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan dari suatu masyarakat maka semakin tinggi pula persepsi dan kepedulian masyarakat tersebut sehingga menimbulkan sikap serta perilaku yang lebih baik dalam menghadapi masalah lingkungan.

6.      Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama
Pada masyarakat pedesaan, peran tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam mensukseskan program pengelolaan lingkungan sangatlah besar. Masyarakat pedesaan umumnya pasif dan mencontoh perbuatan yang dilakukan oleh pemimpin mereka. Untuk itu sudah sewajarnya apabila tokoh masyarakat dan tokoh agama membekali diri dengan pengetahuan yang memadai mengenai pengelolaan lingkungan dan kesehatan.

Pada masyarakat perkotaan yang umumnya lebih individualistis, intelektual diharapkan menjadi sikap yang baik dalam menjaga dan mengelola lingkungan, karena dengan pengetahuan yang dimilikinya seharusnya dia mampu menyelaraskan dan memadukan perintah agama dengan perannya sebagai bagian dari penebar kasih bagi semesta alam.


7.      Media Massa
Peran media massa juga penting untuk pendidikan bahkan merupakan partner yang cukup relevan untuk menunjang pendidikan lingkungan tersebut. Media massa harus diisi pula dengan pendidikan lingkungan, terutama untuk anak-anak dan generasi muda sehingga mereka menyadari arti penting lingkungan demi kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain.

8.      LSM
Dalam rangka melestarikan hutan, LSM perlu meningkatkan kampanye-kampanye konservasi kepada masyarakat melalui penyuluhan dan praktik nyata yang juga melibatkan masyarakat. Dengan penyuluhan, masyarakat menjadi tahu pentingnya pelestarian alam, dan dengan praktik nyata konservasi, masyarakat diharapkan tidak hanya mengerti namun juga akan mempraktikannya di dalam kehidupan mereka.

Selain itu, kelembagaan lingkungan hidup serta masyarakat luas perlu melakukan kontrol terhadap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada kepentingan rakyat. Pada sektor korporasi yang mengelola langsung sumber daya alam lokal, seperti CALTEX, RAPP, serta perusahaan-perusahaan besar lainnya harus memperhatikan kesepakatan ISO-14000 yang mengamanahkan untuk meningkatkan pola produksi berwawasan lingkungan, membangun pabrik atau perusahaan hijau (green company) dengan sasaran keselamatan kerja, kesehatan dan lingkungan yang maksimal dan pola produksi dengan limbah nol (zero waste).

9.      Penegakan Hukum
Penegakan hukum terhadap kejahatan di bidang kehutanan tidak lepas dari konsep penegakan hukum terhadap lingkungan. Hal ini dimaksudkan untukmenakut-nakuti orang banyak dan sipenjahat sendiri dengan memberikan sanksi berat, sehingga dengan penerapan sanksi yang berat itu baik pelaku maupun orang lain akan jera untuk melakukan perbuatan yang dimaksud.

Lebih lanjut dinyatakan bahwa ketentuan tentang sanksi pidana dalam undang-undang lingkungan hidup tentang tugas pemerintah menggariskan kebijakan dan melakukan tindakan yang mendorong ditingkatkannya upaya pelestarian lingkungan hidup yang serasi dan seimbang. Artinya, ada keseimbangan antara pemanfaatan maupun perlindungan terhadap hutan yang harus terintegrasi dalam satu konsep pembangunan. Dengan demikian, perusak hutan perlu diberi penyuluhan, bimbingan serta insentif dan disinsentif, sehingga benar-benar menyadari kewajibannya, dan bagi yang melanggar ketentuan dikenakan sanksi sebagai tindak lanjut.

SHARE :
CB Blogger

Posting Komentar

Nugroho Pangestu . Diberdayakan oleh Blogger.
 
Copyright © 2013-2017 Nugroho Pangestu. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website | CB Blogger | Nugroho Pangestu